gitaris
Riuh tepuk tangan mendominasi ruang kelas.
Semua sibuk memperhatikan sesuatu di depan kelas.
Memperhatikan dirimu yang sedang duduk di atas meja dengan gitar kesayanganmu.
Kini semua memperhatikanmu di depan sana.
Tanpa ada yang tahu keberadaanku.
Di pojok belakang kelas,
Duduk manis sambil tersenyum pahit.
Hatiku menolak untuk diam dan
memperhatikan pertunjukan di depan kelas,
tapi otakku memaksa untuk diam.
Menyaksikan apa yang harusnya tidak aku lihat hari ini.
Suaramu benar-benar dapat menghipnotis siapa saja yang mendengarnya.
Bahkan gadis yang ada tepat di hadapanmu.
Ia menangis, mungkin karena sikap romantis yang kau tunjukkan.
Berada di hadapanmu,
Mendengar suaramu melantunkan sebuah lagu romantis,
Melihat jemarimu yang bergerak memetik senar gitar sebagai pengiring,
Menunggu dirimu menyelesaikan sebuah rangkaian kata romantis,
dan ... menganggukkan kepala saat dirimu meminta diriku untuk menjadi gadismu.
Itu semua, hanyalah khayalanku saat mengharapkanmu dulu.
Meski tubuh tegapmu terlihat samar karena tertutup kerumunan siswa di kelas,
tapi aku bisa mendengar semuanya dengan jelas.
Kau kini sudah menjadi milik yang lain.
Dulu, kau gitaris andalanku.
Saat aku butuh hiburan,
Dengan senang hati kau akan menyanyikan sebuah lagu bersama gitarmu sebagai pengiring.
Saat aku sedang bernyanyi,
Tanpa meminta pun kau akan mengiringiku dengan gitarmu.
Sekarang kau sudah menjadi sang gitaris pengiring gadis lain.
Kau membuat aku lupa akan banyak hal.
Lupa bagaimana bernyanyi dengan baik dan benar.
Lupa bagaimana memetik gitar seperti yang kau ajarkan dulu.
Lupa dimana posisi yang tepat untuk setiap jari, sesuai dengan kunci gitar yang benar saat ingin memainkannya.
Bahkan aku hampir lupa bagaimana caranya berharap lagi.
Aku takut.
Takut harapanku akan mengecewakan lagi.
Tapi aku masih ingat satu hal.
Dulu kau lah yang selalu mengingatkan diriku,
"Berharap pada manusia hanya akan membuatmu kecewa."
Setiap detik ke detik yang ada di depan,
Akan aku gunakan dengan baik.
Mencoba mengingat kembali cara bernyanyi dan bermain gitar.
Mungkin aku juga harus mencari gitarisku yang baru.
Dari gadis yang masih menantikan kehadiran gitarisnya.
Semua sibuk memperhatikan sesuatu di depan kelas.
Memperhatikan dirimu yang sedang duduk di atas meja dengan gitar kesayanganmu.
Kini semua memperhatikanmu di depan sana.
Tanpa ada yang tahu keberadaanku.
Di pojok belakang kelas,
Duduk manis sambil tersenyum pahit.
Hatiku menolak untuk diam dan
memperhatikan pertunjukan di depan kelas,
tapi otakku memaksa untuk diam.
Menyaksikan apa yang harusnya tidak aku lihat hari ini.
Suaramu benar-benar dapat menghipnotis siapa saja yang mendengarnya.
Bahkan gadis yang ada tepat di hadapanmu.
Ia menangis, mungkin karena sikap romantis yang kau tunjukkan.
Berada di hadapanmu,
Mendengar suaramu melantunkan sebuah lagu romantis,
Melihat jemarimu yang bergerak memetik senar gitar sebagai pengiring,
Menunggu dirimu menyelesaikan sebuah rangkaian kata romantis,
dan ... menganggukkan kepala saat dirimu meminta diriku untuk menjadi gadismu.
Itu semua, hanyalah khayalanku saat mengharapkanmu dulu.
Meski tubuh tegapmu terlihat samar karena tertutup kerumunan siswa di kelas,
tapi aku bisa mendengar semuanya dengan jelas.
Kau kini sudah menjadi milik yang lain.
Dulu, kau gitaris andalanku.
Saat aku butuh hiburan,
Dengan senang hati kau akan menyanyikan sebuah lagu bersama gitarmu sebagai pengiring.
Saat aku sedang bernyanyi,
Tanpa meminta pun kau akan mengiringiku dengan gitarmu.
Sekarang kau sudah menjadi sang gitaris pengiring gadis lain.
Kau membuat aku lupa akan banyak hal.
Lupa bagaimana bernyanyi dengan baik dan benar.
Lupa bagaimana memetik gitar seperti yang kau ajarkan dulu.
Lupa dimana posisi yang tepat untuk setiap jari, sesuai dengan kunci gitar yang benar saat ingin memainkannya.
Bahkan aku hampir lupa bagaimana caranya berharap lagi.
Aku takut.
Takut harapanku akan mengecewakan lagi.
Tapi aku masih ingat satu hal.
Dulu kau lah yang selalu mengingatkan diriku,
"Berharap pada manusia hanya akan membuatmu kecewa."
Setiap detik ke detik yang ada di depan,
Akan aku gunakan dengan baik.
Mencoba mengingat kembali cara bernyanyi dan bermain gitar.
Mungkin aku juga harus mencari gitarisku yang baru.
Dari gadis yang masih menantikan kehadiran gitarisnya.